Sabtu, 30 Oktober 2010

SEPEDA MOTOR, SOLUSI BERSIFAT SEMENTARA UNTUK MENIMBULKAN MASALAH JANGKA PANJANG


Sepeda motor nampaknya kini sudah menjadi kebutuhan “pokok” bagi masyarakat Indonesia. Keberadaan sepeda motor di jalanan sudah sering kita jumpai dan tak salah juga bila kini sepeda motor bukan kategori “barang mewah” lagi. Pemakaian sepeda motor di kota-kota besar nampaknya menjadi alternatif saat mengalami kemacetan yang luar biasa. Pengendara sepeda motor pun bervariasi mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga para pekerja kantoran. Sepeda motor dianggap sangat efektif dan efisien untuk perjalanan menuju kantor maupun sekolah. Tak heran jika jumlah sepeda motor di kota-kota besar pun semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Banyak alasan mengapa masyarakat memilih sepeda motor sebagai alat tranportasi mereka. Pertama, harga sepeda  motor kini mudah dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Iming-iming uang muka dan biaya cicilan yang cocok dengan kantong konsumen mampu menarik perhatian masyarakat untuk membeli sepeda motor. Daya beli masyarakat untuk membeli sepeda motor tentu jauh lebih tinggi daripada daya beli masyarakat untuk membeli mobil. Kedua, sepeda motor dinilai lebih efektif dan efisien jika dipakai untuk berkendara di kota-kota besar, terutama kota-kota yang sering mengalami kemacetan di jalan. Body sepeda motor yang jauh lebih ramping daripada mobil tentu memudahkan pengendara motor untuk menyelip di sela-sela mobil saat kemacetan terjadi. Ketiga, buruknya alat transportasi umum di Indonesia. Kondisi alat transportasi umum di Indonesia memang memprihatinkan, misalnya dari segi kelayakan pakai, kenyamanan, dan keamanan. Mesin pada alat tranportasi umum kadang sudah sangat tua sehingga tak jarang menimbulkan kebisingan bagi para pemakai. Kondisi ini diperparah dengan suasana dalam kendaraan umum yang kadang sesak dan panas. Dari segi keamanan, ancaman dari para pencopet adalah hal yang paling sering disoroti. Jadi jangan heran jika kemudia masyarakat lebih memilih memakai kendaraan pribadi seperti motor daripada menggunakan jasa transportasi umum.
Jika dilihat sekilas,sepeda motor dapat dipandang sebagai solusi bagi masyarakat. Sepeda motor memberikan kenyamanan dan keamanan, mudah didapat, serta efisien bagi para pengendara. Namun tanpa disadari solusi yang diberikan oleh sepeda motor sebenarnya bersifat sementara. Secara kasat mata memang sepeda motor mampu dijadikan jalan keluar yang paling efektif di tengah hiruk-pikuk dan keramaian jalan-jalan di kota besar. Mungkin sudah saatnya kita membuka mata akan dampak pemakaian sepeda motor ke depannya. Kenyamanan berkendara dengan sepeda motor tidak akan mampu diimbangi dengan kenyamanan lingkungan. Meningkatnya jumlah sepeda motor merupakan faktor paling berpengaruh dalam meningkatnya pencemaran udara di kota-kota besar.
Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Sumber pencemaran udara pun kebanyakan berasal dari aktivitas manusia, seperti asap pabrik dari industri dan asap kendaraan dari sektor transportasi. Di kota-kota besar, 70% penyebab pencemaran udara adalah penggunaan kendaraan bermotor. Emisi gas buang pada kendaraan bermotor menghasilkan zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx) dan oksida nitrogen (NOx). Sepeda motor menempati urutan pertama penyebab pencemaran udara dibandingkan dengan mobil dan angkutan umum. Banyak masyarakat beranggapan asap hitam yang keluar dari asap kendaraan berbahan bakar solar, misal dari bus-bus kota atau metromini, sangat membahayakan kesehatan dan mencemari udara.  Tidak ada yang salah dengan anggapan itu karena indikasi asap hitam juga merupakan penanda adanya pencemaran udara. Namun tak banyak yang tahu asap yang keluar dari kendaraan berbahan bakar bensin (seperti sepeda motor) ternyata jauh lebih berbahaya. Sistem pembakaran yang tidak sempurna pada mobil diesel bisa dengan mudah kelihatan, sebaliknya pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin sistem pembakaran yang tak sempurna tidak kelihatan sehingga kalau sudah melebihi ambang batas bisa mematikan manusia.
Sebenarnya ketika bensin dibakar di dalam mesin kendaraan, maka akan dihasilkan gas CO2 dan H2O saja. Namun pada kenyataannya pembakaran yang terjadi tidaklah sempurna sehingga menghasilkan CO, NOx, dan hidrokarbon yang tidak terbakar. Karbon pun juga akan menjadi masalah ketika karbon dibakar akan berubah menjadi CO2 yang merupakan gas rumah kaca. Gas rumah kaca ini akan menyebabkan perubahan iklim bumi (pemanasan global), naiknya permukaan air laut (karena es di kutub mencair), banjir, terancamnya kota-kota di pesisir pantai, dan sebagainya.  Solusi untuk mengatasi kemacetan dengan sepeda motor nampaknya bukan pilihan yang baik jika kita ingat kondisi udara di kota-kota yang semakin tercemar. Kini pilihan yang kita anggap sebagai solusi mau tak mau akan menjadi bumerang bagi masyarakat sendiri.
Secara keseluruhan, sebenarnya keberadaan sepeda motor bukanlah solusi yang tepat dalam mengatasi masalah lalu lintas seperti kemacetan. Membludaknya jumlah sepeda motor di jalan justru menimbulkan masalah pencemaran udara yang kronis. Masalah ini tidak hanya menjadi “pe-er” bagi pemerintah saja, namun juga harus mendapatkan perhatian khusus dari kita. Jika kita mau melihat negara maju, sarana transportasi umum di sana justru sangat dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat menekan jumlah kendaraan pribadi di jalan. Sebenarnya tak ada salahnya jika kita beralih dari sepeda motor ke sepeda. Meski jauh lebih lambat dari sepeda motor, namun sepeda memiliki keunggulan tersendiri, yaitu sangat ramah lingkungan. Selain itu berkendara dengan sepeda juga menyehatkan tubuh. Andai saja pemerintah memberi perhatian lebih bagi pengguna sepeda (misal dengan menyediakan jalur sepeda di setiap jalan di kota-kota), bukan tidak mungkin keberadaan sepeda motor akan bisa berkurang sehingga pencemaran udara pun menurun.
Memang tak ada aturan yang melarang kita berkendara sepeda motor. Kita bebas memilih untuk memakai kendaraan pribadi, transportasi umum, atau bahkan berjalan kaki saja. Namun ada baiknya kita memberi sedikit perhatian akan lingkungan kita ini. Pohon atau tumbuhan hijau di kota-kota tentu tak bisa berbuat banyak jika polusi akibat keberadaan sepeda motor makin meningkat. Mungkin ada wacana untuk mengadakan jalur hijau sebagai solusinya, namun saya rasa kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan akan lebih menjadi solusi terbaik. Marilah kita belajar untuk menghargai alam pemberian Tuhan. Sepeda motor memang mampu memberikan solusi, namun justru akan memberikan masalah dalam jangka waktu yang panjang di kemudian hari.


tulisan ini sebenarnya esai yang saya kirim untuk lomba esai (sayangnya ga menang.. hehe).
daripada tidak terpakai, mending saya publikasikan sendiri :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 30 Oktober 2010

SEPEDA MOTOR, SOLUSI BERSIFAT SEMENTARA UNTUK MENIMBULKAN MASALAH JANGKA PANJANG


Sepeda motor nampaknya kini sudah menjadi kebutuhan “pokok” bagi masyarakat Indonesia. Keberadaan sepeda motor di jalanan sudah sering kita jumpai dan tak salah juga bila kini sepeda motor bukan kategori “barang mewah” lagi. Pemakaian sepeda motor di kota-kota besar nampaknya menjadi alternatif saat mengalami kemacetan yang luar biasa. Pengendara sepeda motor pun bervariasi mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga para pekerja kantoran. Sepeda motor dianggap sangat efektif dan efisien untuk perjalanan menuju kantor maupun sekolah. Tak heran jika jumlah sepeda motor di kota-kota besar pun semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Banyak alasan mengapa masyarakat memilih sepeda motor sebagai alat tranportasi mereka. Pertama, harga sepeda  motor kini mudah dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Iming-iming uang muka dan biaya cicilan yang cocok dengan kantong konsumen mampu menarik perhatian masyarakat untuk membeli sepeda motor. Daya beli masyarakat untuk membeli sepeda motor tentu jauh lebih tinggi daripada daya beli masyarakat untuk membeli mobil. Kedua, sepeda motor dinilai lebih efektif dan efisien jika dipakai untuk berkendara di kota-kota besar, terutama kota-kota yang sering mengalami kemacetan di jalan. Body sepeda motor yang jauh lebih ramping daripada mobil tentu memudahkan pengendara motor untuk menyelip di sela-sela mobil saat kemacetan terjadi. Ketiga, buruknya alat transportasi umum di Indonesia. Kondisi alat transportasi umum di Indonesia memang memprihatinkan, misalnya dari segi kelayakan pakai, kenyamanan, dan keamanan. Mesin pada alat tranportasi umum kadang sudah sangat tua sehingga tak jarang menimbulkan kebisingan bagi para pemakai. Kondisi ini diperparah dengan suasana dalam kendaraan umum yang kadang sesak dan panas. Dari segi keamanan, ancaman dari para pencopet adalah hal yang paling sering disoroti. Jadi jangan heran jika kemudia masyarakat lebih memilih memakai kendaraan pribadi seperti motor daripada menggunakan jasa transportasi umum.
Jika dilihat sekilas,sepeda motor dapat dipandang sebagai solusi bagi masyarakat. Sepeda motor memberikan kenyamanan dan keamanan, mudah didapat, serta efisien bagi para pengendara. Namun tanpa disadari solusi yang diberikan oleh sepeda motor sebenarnya bersifat sementara. Secara kasat mata memang sepeda motor mampu dijadikan jalan keluar yang paling efektif di tengah hiruk-pikuk dan keramaian jalan-jalan di kota besar. Mungkin sudah saatnya kita membuka mata akan dampak pemakaian sepeda motor ke depannya. Kenyamanan berkendara dengan sepeda motor tidak akan mampu diimbangi dengan kenyamanan lingkungan. Meningkatnya jumlah sepeda motor merupakan faktor paling berpengaruh dalam meningkatnya pencemaran udara di kota-kota besar.
Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Sumber pencemaran udara pun kebanyakan berasal dari aktivitas manusia, seperti asap pabrik dari industri dan asap kendaraan dari sektor transportasi. Di kota-kota besar, 70% penyebab pencemaran udara adalah penggunaan kendaraan bermotor. Emisi gas buang pada kendaraan bermotor menghasilkan zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx) dan oksida nitrogen (NOx). Sepeda motor menempati urutan pertama penyebab pencemaran udara dibandingkan dengan mobil dan angkutan umum. Banyak masyarakat beranggapan asap hitam yang keluar dari asap kendaraan berbahan bakar solar, misal dari bus-bus kota atau metromini, sangat membahayakan kesehatan dan mencemari udara.  Tidak ada yang salah dengan anggapan itu karena indikasi asap hitam juga merupakan penanda adanya pencemaran udara. Namun tak banyak yang tahu asap yang keluar dari kendaraan berbahan bakar bensin (seperti sepeda motor) ternyata jauh lebih berbahaya. Sistem pembakaran yang tidak sempurna pada mobil diesel bisa dengan mudah kelihatan, sebaliknya pada kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin sistem pembakaran yang tak sempurna tidak kelihatan sehingga kalau sudah melebihi ambang batas bisa mematikan manusia.
Sebenarnya ketika bensin dibakar di dalam mesin kendaraan, maka akan dihasilkan gas CO2 dan H2O saja. Namun pada kenyataannya pembakaran yang terjadi tidaklah sempurna sehingga menghasilkan CO, NOx, dan hidrokarbon yang tidak terbakar. Karbon pun juga akan menjadi masalah ketika karbon dibakar akan berubah menjadi CO2 yang merupakan gas rumah kaca. Gas rumah kaca ini akan menyebabkan perubahan iklim bumi (pemanasan global), naiknya permukaan air laut (karena es di kutub mencair), banjir, terancamnya kota-kota di pesisir pantai, dan sebagainya.  Solusi untuk mengatasi kemacetan dengan sepeda motor nampaknya bukan pilihan yang baik jika kita ingat kondisi udara di kota-kota yang semakin tercemar. Kini pilihan yang kita anggap sebagai solusi mau tak mau akan menjadi bumerang bagi masyarakat sendiri.
Secara keseluruhan, sebenarnya keberadaan sepeda motor bukanlah solusi yang tepat dalam mengatasi masalah lalu lintas seperti kemacetan. Membludaknya jumlah sepeda motor di jalan justru menimbulkan masalah pencemaran udara yang kronis. Masalah ini tidak hanya menjadi “pe-er” bagi pemerintah saja, namun juga harus mendapatkan perhatian khusus dari kita. Jika kita mau melihat negara maju, sarana transportasi umum di sana justru sangat dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat menekan jumlah kendaraan pribadi di jalan. Sebenarnya tak ada salahnya jika kita beralih dari sepeda motor ke sepeda. Meski jauh lebih lambat dari sepeda motor, namun sepeda memiliki keunggulan tersendiri, yaitu sangat ramah lingkungan. Selain itu berkendara dengan sepeda juga menyehatkan tubuh. Andai saja pemerintah memberi perhatian lebih bagi pengguna sepeda (misal dengan menyediakan jalur sepeda di setiap jalan di kota-kota), bukan tidak mungkin keberadaan sepeda motor akan bisa berkurang sehingga pencemaran udara pun menurun.
Memang tak ada aturan yang melarang kita berkendara sepeda motor. Kita bebas memilih untuk memakai kendaraan pribadi, transportasi umum, atau bahkan berjalan kaki saja. Namun ada baiknya kita memberi sedikit perhatian akan lingkungan kita ini. Pohon atau tumbuhan hijau di kota-kota tentu tak bisa berbuat banyak jika polusi akibat keberadaan sepeda motor makin meningkat. Mungkin ada wacana untuk mengadakan jalur hijau sebagai solusinya, namun saya rasa kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan akan lebih menjadi solusi terbaik. Marilah kita belajar untuk menghargai alam pemberian Tuhan. Sepeda motor memang mampu memberikan solusi, namun justru akan memberikan masalah dalam jangka waktu yang panjang di kemudian hari.


tulisan ini sebenarnya esai yang saya kirim untuk lomba esai (sayangnya ga menang.. hehe).
daripada tidak terpakai, mending saya publikasikan sendiri :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar