Selasa, 14 September 2010

My Never Ending Story - Part 1 PROLOG-

Teknik Kimia. Bukan sembarang orang bisa masuk ke sana (katanya). Aku kuliah di teknik kimia Undip (dan sebenarnya aku tidak merasa pintar untuk bisa masuk sana). Dua tahun sudah aku lalui suka duka di tekim. Mulai dari euforia awal semangat kuliah, masa-masa mulai merasa jenuh, dilanjutkan masa-masa menjadi mahasiswa bodoh, hingga kadang aku merasa ingin keluar dari tekim. Mungkin masuk tekim merupakan kesalahan besar selama aku hidup. Sebuah kesalahan yang suatu saat nanti tak ingin aku ulangi untuk anak-cucu kelak.

Awalnya aku pikir tekim itu hanyalah melulu kimia. Namun ternyata aku salah besar. Di tekim ini lah aku menemui matematika, fisika, kimia, dan biologi. Komplit sudah penderitaan sebagai mahasiswa jika harus bertemu 4 sekawan ini. Kepalaku kadang bisa puyeng sendiri melihat angka-angka. Otak serasa mau pecah saat tak bisa memahami Matematika Teknik Kimia. Mulut bisa berbusa saat menghapal Mikrobiologi Industri. Tekim itu sangat kompleks. Dosenku sering bilang kalau tekim itu termasuk Universal Engineering. Katanya prospek kerja tekim sangatlah luas (saking luasnya, lulusan tekim mungkin bingung mau kerja di mana) dan bisa diterima di mana-mana. Aku tak mengamini mentah-mentan statement tadi. Prospek kerja luas tanpa didukung skill cukup tentu sama saja dengan omong kosong. Bahkan IPK cumlaude hanya sekadar tiket masuk sebuah perusahaan. Masalahnya, kebanyakan mahasiswa tekim di kampusku begitu mengagungkan IPK. Apa pun dilakukan demi mendapat IPK bagus. Well, itukah tujuan kita kuliah?? Banyak yang harus aku ceritakan. Segalanya akan aku mulai dari sini..

Sebagai permulaan aku hanya ingin berkisah tentang tekim undip secara garis besar. Tekim Undip bukanlah kampus yang "bagus-bagus" amat. Gedungnya biasa saja, fasilitas tak begitu lengkap, bahkan kantin "yang layak" pun tak ada. Mungkin aku terlihat seperti mencaci kampusku sendiri. Tapi memang itulah kenyataannya (kesal rasanya jika aku ingat bapakku harus mengeluarkan uang hampir 20 juta rupiah untuk masuk tekim undip, namun setelah melihat kondisi tekim undip aku kecewa bukan main). Dosen-dosen di tekim undip kebanyakan sudah S2 (bahkan lebih) dan cukup lihai dalam mengajar. Kadang ada dosen yang sangat pintar namun sangat lemah dalam berkata-kata sehingga tak jarang banyak mahasiswa yang hanya bengong saat beliau mengajar. Ada juga dosen yang hanya masuk kelas beberapa menit saja (dosen seperti inilah yang jadi favorit para mahasiswa). Ada dosen yang pelit amat jika bicara soal nilai, ada dosen yang murah nilai, ada dosen yang galak, dan masih banyak tipe dosen yang lain. Ragam tipe dosen maka ragam pula tipe mahasiswanya. Ada mahasiswa yang gemar sekali organisasi (biasanya yang banyak omong saat di kelas), ada pula yang sangat serius dalam kuliah sehingga jarang ikut acara-acara kampus, ada yang begitu cuek pada kuliah dan lebih memilih banyak bermain selama kuliah, ada yang separo organisasi separo kuliah, ada yang ambisius jadi fungsionaris sebuah organisasi, ada yang cukup menjadi anggota saja. Well, meski kami memiliki banyak karakter, namun kami hampir sama dalam hal impian: lulus dengan nilai baik kemudian dapat pekerjaan yang sesuai bidang kami.

Cukup sekian untuk bagian ini. Aku hanya ingin memberi gambaran awal tentang tekim. Selanjutnya kalian bisa melihat ada apa saja di tekim (mulai dari mata kuliah hingga kegiatan yang ada di sana), kalian akan melihat lelahnya praktikum, lelahnya membuat laporan, kalian akan aku tunjukkan seberapa kompak angkatanku, seberapa jenuhnya aku di tekim.. Bahkan kalau kalian juga bisa tahu segala mimpi-mimpi gilaku selama di tekim. It's all about me, my life, my story, and my dreams
...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 14 September 2010

My Never Ending Story - Part 1 PROLOG-

Teknik Kimia. Bukan sembarang orang bisa masuk ke sana (katanya). Aku kuliah di teknik kimia Undip (dan sebenarnya aku tidak merasa pintar untuk bisa masuk sana). Dua tahun sudah aku lalui suka duka di tekim. Mulai dari euforia awal semangat kuliah, masa-masa mulai merasa jenuh, dilanjutkan masa-masa menjadi mahasiswa bodoh, hingga kadang aku merasa ingin keluar dari tekim. Mungkin masuk tekim merupakan kesalahan besar selama aku hidup. Sebuah kesalahan yang suatu saat nanti tak ingin aku ulangi untuk anak-cucu kelak.

Awalnya aku pikir tekim itu hanyalah melulu kimia. Namun ternyata aku salah besar. Di tekim ini lah aku menemui matematika, fisika, kimia, dan biologi. Komplit sudah penderitaan sebagai mahasiswa jika harus bertemu 4 sekawan ini. Kepalaku kadang bisa puyeng sendiri melihat angka-angka. Otak serasa mau pecah saat tak bisa memahami Matematika Teknik Kimia. Mulut bisa berbusa saat menghapal Mikrobiologi Industri. Tekim itu sangat kompleks. Dosenku sering bilang kalau tekim itu termasuk Universal Engineering. Katanya prospek kerja tekim sangatlah luas (saking luasnya, lulusan tekim mungkin bingung mau kerja di mana) dan bisa diterima di mana-mana. Aku tak mengamini mentah-mentan statement tadi. Prospek kerja luas tanpa didukung skill cukup tentu sama saja dengan omong kosong. Bahkan IPK cumlaude hanya sekadar tiket masuk sebuah perusahaan. Masalahnya, kebanyakan mahasiswa tekim di kampusku begitu mengagungkan IPK. Apa pun dilakukan demi mendapat IPK bagus. Well, itukah tujuan kita kuliah?? Banyak yang harus aku ceritakan. Segalanya akan aku mulai dari sini..

Sebagai permulaan aku hanya ingin berkisah tentang tekim undip secara garis besar. Tekim Undip bukanlah kampus yang "bagus-bagus" amat. Gedungnya biasa saja, fasilitas tak begitu lengkap, bahkan kantin "yang layak" pun tak ada. Mungkin aku terlihat seperti mencaci kampusku sendiri. Tapi memang itulah kenyataannya (kesal rasanya jika aku ingat bapakku harus mengeluarkan uang hampir 20 juta rupiah untuk masuk tekim undip, namun setelah melihat kondisi tekim undip aku kecewa bukan main). Dosen-dosen di tekim undip kebanyakan sudah S2 (bahkan lebih) dan cukup lihai dalam mengajar. Kadang ada dosen yang sangat pintar namun sangat lemah dalam berkata-kata sehingga tak jarang banyak mahasiswa yang hanya bengong saat beliau mengajar. Ada juga dosen yang hanya masuk kelas beberapa menit saja (dosen seperti inilah yang jadi favorit para mahasiswa). Ada dosen yang pelit amat jika bicara soal nilai, ada dosen yang murah nilai, ada dosen yang galak, dan masih banyak tipe dosen yang lain. Ragam tipe dosen maka ragam pula tipe mahasiswanya. Ada mahasiswa yang gemar sekali organisasi (biasanya yang banyak omong saat di kelas), ada pula yang sangat serius dalam kuliah sehingga jarang ikut acara-acara kampus, ada yang begitu cuek pada kuliah dan lebih memilih banyak bermain selama kuliah, ada yang separo organisasi separo kuliah, ada yang ambisius jadi fungsionaris sebuah organisasi, ada yang cukup menjadi anggota saja. Well, meski kami memiliki banyak karakter, namun kami hampir sama dalam hal impian: lulus dengan nilai baik kemudian dapat pekerjaan yang sesuai bidang kami.

Cukup sekian untuk bagian ini. Aku hanya ingin memberi gambaran awal tentang tekim. Selanjutnya kalian bisa melihat ada apa saja di tekim (mulai dari mata kuliah hingga kegiatan yang ada di sana), kalian akan melihat lelahnya praktikum, lelahnya membuat laporan, kalian akan aku tunjukkan seberapa kompak angkatanku, seberapa jenuhnya aku di tekim.. Bahkan kalau kalian juga bisa tahu segala mimpi-mimpi gilaku selama di tekim. It's all about me, my life, my story, and my dreams
...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar