Jumat, 29 Oktober 2010

My Never ENding Story Part 5: -TEKIM ITU SEMPIT-



Siapa pun tahu kalau tekim itu memang sempit dan sangat minim fasilitas. Namun dalam tulisan kali ini bukan konteks itu yang akan aku bicarakan. Jika part yang lalu aku bicara tentang cinta, di sini aku akan membeberkan kisah cinta di tekim yang begitu amat "sempit".

Mengapa aku mengatakan sempit? Sebenarnya ide membuat tulisan ini bermula kala temanku membuat status di FB yang cukup menarik. Dia memakai kata "sempit" untuk menjelaskan banyaknya pasangan "duo tekim" di kampus. "Duo tekim" maksudnya si cowok kuliah di tekim, si cewek juga kuliah di tekim. Kadang sama-sama satu angkatan, ada juga yang beda angkatan. Entah sudah berapa pasangan yang ada di tekim. Di angkatanku saja sudah ada: Rina-Davin, Praba-Fitra, Anky-Pongki, Prita-Mammeg, Asih-Ucok, Indra-Bayu (entah mungkin ada lagi, aku lupa). Ada juga beberapa pasangan beda angkatan (aku malas menyebutkan satu-satu, terlalu banyak). Selain itu tak kadang pula ada yang sekadar suka alias naksir teman angkatan atau kakak angkatan (tak etis menyebutkan siapa saja. hehehe... ini rahasia).

Undip sebenarnya sangat luas. Berbagai fakultas ada di sana. Namun entah mengapa hanya di tekim saja cinta begitu terasa sempit. Jarang ada mahasiswa di tekim yang melalang buana sampai ke jurusan atau fakultas lain untuk mencari cinta. Ujung-ujungnya selalu dapat teman seangkatan di tekim atau paling banter dapat kakak angkatan. Aku menganalisa ada beberapa faktor penyebab mengapa kisah cinta komunitas kami begitu sempit.

FAKTOR PERTAMA
: kami mahasiswa yang terlalu disibukkan oleh tugas dan laporan. Tak bisa dipungkiri sepertinya waktu kami lebih banyak terbuang pada praktikum dan menyalin laporan. Saking gandrungnya pada laporan, beberapa mahasiswa memanfaatkan sedikit waktu luangnya untuk membuat proposal praktikum (tentu aku tak termasuk di dalamnya). Mungkin faktor ini yang menyebabkan anak tekim sangat kurang pergaulan dengan dunia luar tekim.

FAKTOR KEDUA
: kekerabatan anak tekim begitu erat. Mahasiswa di tekim sudah seperti keluarga sendiri. Suka duka sejak menjadi awal mahasiswa baru sampai sekarang masih kami rasakan. Masih lekat di ingatan aku begitu banyak tugas yang kami kerjakan bersama, begitu banyak acara yang kami lakukan bersama, banyak peluh dan air mata kami keluarkan bersama, banyak tawa kami lewatkan bersama, dan masih banyak kenangan yang lain (tidak mungkin aku sebutkan satu-satu, nanti malah jadi nostalgia). Dari keakraban dan eratnya persahabatan kami itu lah mungkin kemudian tumbuh benih-benih cinta yang tak dapat ditolak. "Friendship" yang sangat erat, lama-kelamaan berubah menjadi "care" yang begitu dalam, lalu ujung-ujungnya rasa "care" tadi tiba-tiba tanpa disadari berubah menjadi "love". Maka soundtrack yang cocok untuk kondisi ini adalah "Sahabat Jadi Cinta" (dipopulerkan oleh Zigaz).

FAKTOR KETIGA: males nyari yang jauh-jauh.. hahahaha.. Mungkin ini alasan yang paling masuk akal. Jangankan mahasiswa, dosen-dosen tekim pun kebanyakan juga mendapat jodoh di kampus sendiri og.. (ga harus disebutin namanya juga kan?? *saya takut). Walau mungkin kaum adam dan hawa di tekim itu ga "kinclong-kinclong" amat, namun kadang pesona di "rumah sendiri" justru lebih menarik ketimbang harus nyari di tempat lain. Kalau yang di dalam tekim aja udah lumayan, ngapain nyari ampe keluar segala.. Toh lebih dekat lebih enak. Selalu bersama, selalu bertemu, tak ada hari yang tak dilewatkan bersama.. (ALAY sumpah!! padahal kalo ketemu terus bosen juga.... wakakakakakak).

Akhir kata, cinta memang datang tiba-tiba. Dia ga pandang bulu siapa aja bisa kena. Seluas-luasnya Undip, cinta mungkin akan banyak bersemi di tekim. Para kumbang lebih suka mencari bunga di taman sendiri daripada di taman orang lain :D
Buat para pasangan tekim, saya doakan kalian langgeng. Awet ampe lulus, ampe kerja, ampe tua. Kalian akan jadi pasangan suami-istri!!! AMIIINNNN...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 29 Oktober 2010

My Never ENding Story Part 5: -TEKIM ITU SEMPIT-



Siapa pun tahu kalau tekim itu memang sempit dan sangat minim fasilitas. Namun dalam tulisan kali ini bukan konteks itu yang akan aku bicarakan. Jika part yang lalu aku bicara tentang cinta, di sini aku akan membeberkan kisah cinta di tekim yang begitu amat "sempit".

Mengapa aku mengatakan sempit? Sebenarnya ide membuat tulisan ini bermula kala temanku membuat status di FB yang cukup menarik. Dia memakai kata "sempit" untuk menjelaskan banyaknya pasangan "duo tekim" di kampus. "Duo tekim" maksudnya si cowok kuliah di tekim, si cewek juga kuliah di tekim. Kadang sama-sama satu angkatan, ada juga yang beda angkatan. Entah sudah berapa pasangan yang ada di tekim. Di angkatanku saja sudah ada: Rina-Davin, Praba-Fitra, Anky-Pongki, Prita-Mammeg, Asih-Ucok, Indra-Bayu (entah mungkin ada lagi, aku lupa). Ada juga beberapa pasangan beda angkatan (aku malas menyebutkan satu-satu, terlalu banyak). Selain itu tak kadang pula ada yang sekadar suka alias naksir teman angkatan atau kakak angkatan (tak etis menyebutkan siapa saja. hehehe... ini rahasia).

Undip sebenarnya sangat luas. Berbagai fakultas ada di sana. Namun entah mengapa hanya di tekim saja cinta begitu terasa sempit. Jarang ada mahasiswa di tekim yang melalang buana sampai ke jurusan atau fakultas lain untuk mencari cinta. Ujung-ujungnya selalu dapat teman seangkatan di tekim atau paling banter dapat kakak angkatan. Aku menganalisa ada beberapa faktor penyebab mengapa kisah cinta komunitas kami begitu sempit.

FAKTOR PERTAMA
: kami mahasiswa yang terlalu disibukkan oleh tugas dan laporan. Tak bisa dipungkiri sepertinya waktu kami lebih banyak terbuang pada praktikum dan menyalin laporan. Saking gandrungnya pada laporan, beberapa mahasiswa memanfaatkan sedikit waktu luangnya untuk membuat proposal praktikum (tentu aku tak termasuk di dalamnya). Mungkin faktor ini yang menyebabkan anak tekim sangat kurang pergaulan dengan dunia luar tekim.

FAKTOR KEDUA
: kekerabatan anak tekim begitu erat. Mahasiswa di tekim sudah seperti keluarga sendiri. Suka duka sejak menjadi awal mahasiswa baru sampai sekarang masih kami rasakan. Masih lekat di ingatan aku begitu banyak tugas yang kami kerjakan bersama, begitu banyak acara yang kami lakukan bersama, banyak peluh dan air mata kami keluarkan bersama, banyak tawa kami lewatkan bersama, dan masih banyak kenangan yang lain (tidak mungkin aku sebutkan satu-satu, nanti malah jadi nostalgia). Dari keakraban dan eratnya persahabatan kami itu lah mungkin kemudian tumbuh benih-benih cinta yang tak dapat ditolak. "Friendship" yang sangat erat, lama-kelamaan berubah menjadi "care" yang begitu dalam, lalu ujung-ujungnya rasa "care" tadi tiba-tiba tanpa disadari berubah menjadi "love". Maka soundtrack yang cocok untuk kondisi ini adalah "Sahabat Jadi Cinta" (dipopulerkan oleh Zigaz).

FAKTOR KETIGA: males nyari yang jauh-jauh.. hahahaha.. Mungkin ini alasan yang paling masuk akal. Jangankan mahasiswa, dosen-dosen tekim pun kebanyakan juga mendapat jodoh di kampus sendiri og.. (ga harus disebutin namanya juga kan?? *saya takut). Walau mungkin kaum adam dan hawa di tekim itu ga "kinclong-kinclong" amat, namun kadang pesona di "rumah sendiri" justru lebih menarik ketimbang harus nyari di tempat lain. Kalau yang di dalam tekim aja udah lumayan, ngapain nyari ampe keluar segala.. Toh lebih dekat lebih enak. Selalu bersama, selalu bertemu, tak ada hari yang tak dilewatkan bersama.. (ALAY sumpah!! padahal kalo ketemu terus bosen juga.... wakakakakakak).

Akhir kata, cinta memang datang tiba-tiba. Dia ga pandang bulu siapa aja bisa kena. Seluas-luasnya Undip, cinta mungkin akan banyak bersemi di tekim. Para kumbang lebih suka mencari bunga di taman sendiri daripada di taman orang lain :D
Buat para pasangan tekim, saya doakan kalian langgeng. Awet ampe lulus, ampe kerja, ampe tua. Kalian akan jadi pasangan suami-istri!!! AMIIINNNN...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar