Senin, 04 April 2011

Nge-Fans: Antara SUKA ato DEMEN??

Tulisan ini aku buat berdasarkan kisah pribadi, nyata, dan tanpa rekayasa. Apa yang ada di sini adalah bagain-bagian tak terpisahkan manusia ketika dia nge-fans dengan seseorang. Aku tertarik menulis hal "geje" ini karena sejujurnya inilah hal paling aneh yang sering aku lakukan. Mungkin hanya ingin sekadar share saja, kali aja ada yang kisahnya sama kayak aku.

Mengagumi seseorang bukanlah hal yang salah. Misal saja sekadar flash back, zaman SMA dulu aku kagum pada seorang pegawai TU di sekolahku. Beliau begitu santun, ramah, tidak neko-neko, dan tentu saja ganteng. Atau aku juga sempat kagum kepada guru SMP ku yang begitu galak namun sangat pintar dan membuat para siswanya pintar. Ada kalanya kagum itu dalam batasan "wajar", namun ada kalanya "kagum" itu dalam batasan yang "sangat tidak wajar". Untuk kategori "sangat tidak wajar" aku klasifikasikan untuk kisahku akhir-akhir ini selama duduk di bangku kuliah. Bentuk-bentuk tindakan "geje" plus aneh mulai muncul saat aku nge-fans dengan seseorang -sebut saja mas Oki- . Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari laki-laki itu. Dia begitu dingin dan teramat cuek plus sedikit jaim. Hal-hal itulah yang membuatku begitu penasaran dengannya. Sebenarnya sejak awal semester 1 aku sudah "tertarik" akan tingkah lakunya, namun mungkin baru semester ini lah aku menjadi terkena "penyakit gila" sebagai efek nge-fans kepadanya.

Aku membedakan antara nge-fans dan cinta. Perbedaan yang nyata terlihat tentu saja kalo nge-fans tuh ya cuma suka saja. Suka ama gerakannya, suka lihat wajah segernya, suka tingkah lakunya, pokoknya menjurus ke hal-hal yang berbau fisik. Tapi cinta itu lain. Cinta itu perasaan yang sulit didefinsikan, yang ada hanya perasaan gelisah, deg-deg an, berbunga-bunga, sampai patah hati. Kalau nge-fans biasanya aku tak sampai deg-deg an saat memandang wajahnya, namun jika cinta pasti ada deg-deg an di dalam dada. Nah, berdasarkan teori di atas (teori yang aku buat sendiri tentunya), maka bisa aku simpulkan apa-apa yang belakangan ini aku rasakan hanyalah sekadar perasaan sebagai fans mas Oki. Meski bukan cinta, namun tindakan yang akhir-akhir ini sering dilakukan sama "gila" nya dengan jatuh cinta. Inilah beberapa tindakan gila itu:
  • Mulai mencari wajahnya saat seharian tak melihat wajahnya. Ini tindakan gila pertama yang sering aku lakukan bersama partnerku (baca: Lia). Tempat-tempat yang sering menjadi sasaran utama kami biasanya gedung A bawah, gedung B bawah, dan parkiran (akhir-akhir ini perpustakaan juga menjadi target).
  • Mulai cengar-cengir kalau melihatnya berjalan atau lewat di hadapan kami. Ini juga tindakan gila karena kami dengan "geje" nya mengharapkan senyumnya untuk kami. Kadang yang muncul di bibirnya bukanlah sebuah senyuman untuk kami melainkan sebuah cengiran yang tak kalah geje bentuknya dengan tindakan kami
  • Mulai hapal jadwal mas Oki dari hari ke hari. Ini tindakan gila terparah yang kami alami. Entah karena sudah kebiasaan atau emang entah karena "sengaja" menghapal jadwal lewatnya jam berapa, jadwal hari apa biasanya dia di mana, jadwal jam berapa dia ada di parkiran, dan jadwal-jadwal lainnya. Ini makin menggila karena lama-kelamaan kami hapal di mana kami harus stand by buat menanti masnya lewat.
  • Mulai hapal baju yang dia pake. Ini tindakan gila yang jarang aku lakukan namun sering dilakuakan oleh partnerku (baca: Lia). Aku no comment untuk tindakan ini karena sudah termasuk level "parah".
Well, setidaknya itulah beberapa tindakan "gila" yang aku lakukan bersama partnerku.  Gila memang, namun kami seolah menikmatinya. Kadang kami menganggap sosok mas itu sebagai penyegar buat kami di tengah kejenuhan kuliah dan tugas plus kadang penyejuk hati kami yang kadang tersakiti oleh cinta. Namun makin ke sini jujur saja muncul pertanyaan di benakku, beda antara suka ama demen tipis sekali. Aku tidak demen ama mas itu, tapi suka aja lihat tingkah polahnya. Tapi lama-lama bisa saja suka itu jadi demen kalau aku sendiri tidak bisa mengendalikan "tindakan gila" di atas. Lucu memang kisah-kisah macam ini. Aku anggap ini sebagai kenangan, kenangan yang terlupakan saat aku berumur 20 tahun. Kenangan gila yang aku miliki di tengah frustasi hidup di teknik kimia. Nge-fans pada mas Oki menjadi sesuatu yang tidak akan aku sesali karena menurutku itu bukan hal salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 04 April 2011

Nge-Fans: Antara SUKA ato DEMEN??

Tulisan ini aku buat berdasarkan kisah pribadi, nyata, dan tanpa rekayasa. Apa yang ada di sini adalah bagain-bagian tak terpisahkan manusia ketika dia nge-fans dengan seseorang. Aku tertarik menulis hal "geje" ini karena sejujurnya inilah hal paling aneh yang sering aku lakukan. Mungkin hanya ingin sekadar share saja, kali aja ada yang kisahnya sama kayak aku.

Mengagumi seseorang bukanlah hal yang salah. Misal saja sekadar flash back, zaman SMA dulu aku kagum pada seorang pegawai TU di sekolahku. Beliau begitu santun, ramah, tidak neko-neko, dan tentu saja ganteng. Atau aku juga sempat kagum kepada guru SMP ku yang begitu galak namun sangat pintar dan membuat para siswanya pintar. Ada kalanya kagum itu dalam batasan "wajar", namun ada kalanya "kagum" itu dalam batasan yang "sangat tidak wajar". Untuk kategori "sangat tidak wajar" aku klasifikasikan untuk kisahku akhir-akhir ini selama duduk di bangku kuliah. Bentuk-bentuk tindakan "geje" plus aneh mulai muncul saat aku nge-fans dengan seseorang -sebut saja mas Oki- . Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari laki-laki itu. Dia begitu dingin dan teramat cuek plus sedikit jaim. Hal-hal itulah yang membuatku begitu penasaran dengannya. Sebenarnya sejak awal semester 1 aku sudah "tertarik" akan tingkah lakunya, namun mungkin baru semester ini lah aku menjadi terkena "penyakit gila" sebagai efek nge-fans kepadanya.

Aku membedakan antara nge-fans dan cinta. Perbedaan yang nyata terlihat tentu saja kalo nge-fans tuh ya cuma suka saja. Suka ama gerakannya, suka lihat wajah segernya, suka tingkah lakunya, pokoknya menjurus ke hal-hal yang berbau fisik. Tapi cinta itu lain. Cinta itu perasaan yang sulit didefinsikan, yang ada hanya perasaan gelisah, deg-deg an, berbunga-bunga, sampai patah hati. Kalau nge-fans biasanya aku tak sampai deg-deg an saat memandang wajahnya, namun jika cinta pasti ada deg-deg an di dalam dada. Nah, berdasarkan teori di atas (teori yang aku buat sendiri tentunya), maka bisa aku simpulkan apa-apa yang belakangan ini aku rasakan hanyalah sekadar perasaan sebagai fans mas Oki. Meski bukan cinta, namun tindakan yang akhir-akhir ini sering dilakukan sama "gila" nya dengan jatuh cinta. Inilah beberapa tindakan gila itu:
  • Mulai mencari wajahnya saat seharian tak melihat wajahnya. Ini tindakan gila pertama yang sering aku lakukan bersama partnerku (baca: Lia). Tempat-tempat yang sering menjadi sasaran utama kami biasanya gedung A bawah, gedung B bawah, dan parkiran (akhir-akhir ini perpustakaan juga menjadi target).
  • Mulai cengar-cengir kalau melihatnya berjalan atau lewat di hadapan kami. Ini juga tindakan gila karena kami dengan "geje" nya mengharapkan senyumnya untuk kami. Kadang yang muncul di bibirnya bukanlah sebuah senyuman untuk kami melainkan sebuah cengiran yang tak kalah geje bentuknya dengan tindakan kami
  • Mulai hapal jadwal mas Oki dari hari ke hari. Ini tindakan gila terparah yang kami alami. Entah karena sudah kebiasaan atau emang entah karena "sengaja" menghapal jadwal lewatnya jam berapa, jadwal hari apa biasanya dia di mana, jadwal jam berapa dia ada di parkiran, dan jadwal-jadwal lainnya. Ini makin menggila karena lama-kelamaan kami hapal di mana kami harus stand by buat menanti masnya lewat.
  • Mulai hapal baju yang dia pake. Ini tindakan gila yang jarang aku lakukan namun sering dilakuakan oleh partnerku (baca: Lia). Aku no comment untuk tindakan ini karena sudah termasuk level "parah".
Well, setidaknya itulah beberapa tindakan "gila" yang aku lakukan bersama partnerku.  Gila memang, namun kami seolah menikmatinya. Kadang kami menganggap sosok mas itu sebagai penyegar buat kami di tengah kejenuhan kuliah dan tugas plus kadang penyejuk hati kami yang kadang tersakiti oleh cinta. Namun makin ke sini jujur saja muncul pertanyaan di benakku, beda antara suka ama demen tipis sekali. Aku tidak demen ama mas itu, tapi suka aja lihat tingkah polahnya. Tapi lama-lama bisa saja suka itu jadi demen kalau aku sendiri tidak bisa mengendalikan "tindakan gila" di atas. Lucu memang kisah-kisah macam ini. Aku anggap ini sebagai kenangan, kenangan yang terlupakan saat aku berumur 20 tahun. Kenangan gila yang aku miliki di tengah frustasi hidup di teknik kimia. Nge-fans pada mas Oki menjadi sesuatu yang tidak akan aku sesali karena menurutku itu bukan hal salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar