Minggu, 02 Januari 2011

The Power of Dreams

Sejak kecil saya adalah orang yang percaya akan mimpi. Sebagaimana dengan manusia normal kebanyakan, saya punya segudang mimpi di hidup saya. Bagi saya, mimpi merupakan fungsi waktu. Mimpi-mimpi akan semakin berubah atau bertambah seiring berjalannya waktu. Tidak percaya? Inilah perjalanan mimpi saya:
  • Saat masih TK, saya punya mimpi ingin menjadi artis cilik gara-gara kebanyakan lihat artis cilik zaman itu macam Trio Kwek-Kwek. Kayaknya seru aja jadi kayak mereka. Masih kecil, banyak yang suka, dapet duit lagi
  • Beranjak SD (masih awal SD, cupu..), mimpi saya mulai rada realistis: pengin jadi astronot. Waktu itu saya ingat ada iklan Pepsodent yang bercerita tentang cita-cita seorang anak. Sang anak berkata pengin jadi astronot. Lalu orang tua berkata: astronot giginya ga boleh bolong. Dari situlah saya terhipnotis. Saya jadi tertarik jadi astronot kemudian dengan hebohnya minta dibeliin Pepsodent biar giginya ga bolong (Well, sebegitu besar dampak iklan terhadap anak kecil macam saya...)
  • SD pertengahan (kelas 4 an ke atas lah), mulai muncul mimpi geje lagi. Zaman itu pas lagi booming nya boyband macam BSB, Westlife, N sync. Saya pun mulai doyan nari-nari kalo liat mereka di MTV. Pernah kepikiran pengin jadi penari latar mereka... *kalo inget bagian ini pengin muntah rasanya
  • Zaman SMP, mimpi ini sudah berada di jalur yang "benar". Saya pengin jadi dokter. Mimpi yang sangat mulia kan? Realistis juga karena saat itu otak saya masih berfungsi sebagaimana mestinya (baca: saya pintar). Mimpi itu dilatarbelakangi oleh seseorang. Saat itu saya naksir mas-mas dokter. Jadi entah kenapa mimpi menjadi dokter tiba-tiba muncul. Lagipula jaminan masa depan dokter lumayan cerah ~ kaya maksud e.. hahaha
  • Beranjak SMA, pemikiran saya semakin lebih dewasa. Menimbang kecerdasan saya yang semakin menurun (sebenernya tetep pinter kok, cuma MALAS nya itu gak ketulungan..), kelemotan otak saya yang tiba-tiba muncul, nilai-nilai yang semakin amburadul (pernah saya dapat 35 untuk fisika di rapor bayangan ~ rapor tengah semester, berfungsi untuk menakut-nakuti siswa), dan kehidupan yang semakin nakal juga ~ mulai kenal CINTA.. hahahaha; maka saya putuskan berubah haluan: pengin jadi apoteker aja! Ini jelas lebih realistis karena cewek IPA biasane minim kesempatan. Mau di teknik kayake berat, kalo pinter banget plus punya duit bisa lah nyoba kedokteran. La kalo saya? Dengan modal kemampuan IPA yang minim, saya hanya berani mencoba Farmasi (matematika plus fisika nya dikit, banyak biologinya..)
But dreams are just dreams. Semuanya kembali ama decision maker nya, yaitu Tuhan. Ternayata Tuhan ga mengizinkan saya menjadi artis cilik, astronot, menjadi penari latar, dokter, atau bahkan apoteker. Saat ini saya "diletakkan" di Teknik Kimia. Kalau saya berjalan menurut jalur yang benar, harusnya saya jadi insinyur. Namun kadang mimpi saya emang ekstrim. Apa yang saya lihat, saya suka, dan saya demen; langsung terpatok di otak saya. Dulu sempat suka liat Captain Tsubasa, lalu sempet pengin jadi manajer klub bola kayak di kartun itu (terkadang ampe mikir kalo-kalo saya kemudian cinlok ama kaptennya, persis kayak cerita kartun geje itu..).  Untung sekarang saya sudah ga gitu lagi (bayangin aja kalo saat ini lagi demen ama Spongebob, ga mungkin kan punya mimpi jadi kayak spongebob gitu.. Bisa-bisa saya pake baju ala spongebob buat ke kampus.. hadoohhh).

Meski sudah disuratkan untuk menimba ilmu di teknik kimia, saya masih saja punya mimpi yang "menyimpang". Saya punya mimpi menjadi JURNALIS sekaligus PENULIS. Sangat menyimpang bukan? Mana ada hubungan jurnalis ama reaktor, mana ada hubungan antara neraca massa dengan penulis. Dreams are like love, sulit dimengerti dan dipahami. Kenapa ga dari dulu masuk kuliah penyiaran aja? Kenapa ga dari  dulu masuk sastra aja? Hidup saya memang rumit, penuh pemikiran, dan kehati-hatian sekaligus penuh coba-coba. Siapa sangka tiba-tiba minat menulis saya menjadi bangkit kembali saat saya kuliah di teknik kimia? Siapa sangka imajinasi saya dalam menulis kembali muncul saat saya masuk Kinetika? Jujur saya ga punya harapan berlebih akan mimpi saya saat ini. Harus saya akui juga minat serta bakat menulis saya bisa tiba-tiba luntur oleh jutaan tugas kuliah, ribuan mata kuliah yang tak pernah saya mengerti, dan ratusan masalah selama kuliah. Namun ada satu hal yang ingin saya pahami dari mimpi itu...

Mimpi itu hal murah. Gratis. Maka saya suka bermimpi. Mimpi itu bukan khayalan. Kalau khayalan adalah hal-hal yang sangat tidak realistis yang mucul di otak (ex: manusia bertelur, pergi kuliah naek pesawat, pengin jadi orang kaya tapi ga kerja, dll). Tapi mimpi jelas berbeda dengan khayalan. Definisi mimpi menurut saya: sesuatu yang mendorong manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bersifat realistis. Mimpi mampu menjadi motivator terbaik buat saya. Mimpi adalah kunci untuk menaklukkan dunia (pinjem liriknya Nidji deh). Kalau kita punya mimpi berarti kita berpikir selangkah lebih maju. Mimpi itu tak akan lekang oleh waktu (jika dipupuk dan dijaga). Meski suatu saat nanti mungkin saya akan menjadi PNS (kebetulan ini lagi jadi trending topic di rumah saya) ato ibu rumah tangga, saya rasa mimpi menjadi seorang penulis dan jurnalis akan tetap ada. Saya pasti akan tetap menulis meski menjadi PNS. Saya akan tetep menulis walau harus tetep ngemong anak. Itulah yang saya namakan dengan The Power of Dreams. Kekuatan yang mampu mengalahkan kepesimisan kita akan dunia ini. Bermimpilah, karena bermimpi itu GRATIS dan HALAL. Bagi saya, orang yang punya mimpi adalah orang yang punya tujuan di masa depan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 02 Januari 2011

The Power of Dreams

Sejak kecil saya adalah orang yang percaya akan mimpi. Sebagaimana dengan manusia normal kebanyakan, saya punya segudang mimpi di hidup saya. Bagi saya, mimpi merupakan fungsi waktu. Mimpi-mimpi akan semakin berubah atau bertambah seiring berjalannya waktu. Tidak percaya? Inilah perjalanan mimpi saya:
  • Saat masih TK, saya punya mimpi ingin menjadi artis cilik gara-gara kebanyakan lihat artis cilik zaman itu macam Trio Kwek-Kwek. Kayaknya seru aja jadi kayak mereka. Masih kecil, banyak yang suka, dapet duit lagi
  • Beranjak SD (masih awal SD, cupu..), mimpi saya mulai rada realistis: pengin jadi astronot. Waktu itu saya ingat ada iklan Pepsodent yang bercerita tentang cita-cita seorang anak. Sang anak berkata pengin jadi astronot. Lalu orang tua berkata: astronot giginya ga boleh bolong. Dari situlah saya terhipnotis. Saya jadi tertarik jadi astronot kemudian dengan hebohnya minta dibeliin Pepsodent biar giginya ga bolong (Well, sebegitu besar dampak iklan terhadap anak kecil macam saya...)
  • SD pertengahan (kelas 4 an ke atas lah), mulai muncul mimpi geje lagi. Zaman itu pas lagi booming nya boyband macam BSB, Westlife, N sync. Saya pun mulai doyan nari-nari kalo liat mereka di MTV. Pernah kepikiran pengin jadi penari latar mereka... *kalo inget bagian ini pengin muntah rasanya
  • Zaman SMP, mimpi ini sudah berada di jalur yang "benar". Saya pengin jadi dokter. Mimpi yang sangat mulia kan? Realistis juga karena saat itu otak saya masih berfungsi sebagaimana mestinya (baca: saya pintar). Mimpi itu dilatarbelakangi oleh seseorang. Saat itu saya naksir mas-mas dokter. Jadi entah kenapa mimpi menjadi dokter tiba-tiba muncul. Lagipula jaminan masa depan dokter lumayan cerah ~ kaya maksud e.. hahaha
  • Beranjak SMA, pemikiran saya semakin lebih dewasa. Menimbang kecerdasan saya yang semakin menurun (sebenernya tetep pinter kok, cuma MALAS nya itu gak ketulungan..), kelemotan otak saya yang tiba-tiba muncul, nilai-nilai yang semakin amburadul (pernah saya dapat 35 untuk fisika di rapor bayangan ~ rapor tengah semester, berfungsi untuk menakut-nakuti siswa), dan kehidupan yang semakin nakal juga ~ mulai kenal CINTA.. hahahaha; maka saya putuskan berubah haluan: pengin jadi apoteker aja! Ini jelas lebih realistis karena cewek IPA biasane minim kesempatan. Mau di teknik kayake berat, kalo pinter banget plus punya duit bisa lah nyoba kedokteran. La kalo saya? Dengan modal kemampuan IPA yang minim, saya hanya berani mencoba Farmasi (matematika plus fisika nya dikit, banyak biologinya..)
But dreams are just dreams. Semuanya kembali ama decision maker nya, yaitu Tuhan. Ternayata Tuhan ga mengizinkan saya menjadi artis cilik, astronot, menjadi penari latar, dokter, atau bahkan apoteker. Saat ini saya "diletakkan" di Teknik Kimia. Kalau saya berjalan menurut jalur yang benar, harusnya saya jadi insinyur. Namun kadang mimpi saya emang ekstrim. Apa yang saya lihat, saya suka, dan saya demen; langsung terpatok di otak saya. Dulu sempat suka liat Captain Tsubasa, lalu sempet pengin jadi manajer klub bola kayak di kartun itu (terkadang ampe mikir kalo-kalo saya kemudian cinlok ama kaptennya, persis kayak cerita kartun geje itu..).  Untung sekarang saya sudah ga gitu lagi (bayangin aja kalo saat ini lagi demen ama Spongebob, ga mungkin kan punya mimpi jadi kayak spongebob gitu.. Bisa-bisa saya pake baju ala spongebob buat ke kampus.. hadoohhh).

Meski sudah disuratkan untuk menimba ilmu di teknik kimia, saya masih saja punya mimpi yang "menyimpang". Saya punya mimpi menjadi JURNALIS sekaligus PENULIS. Sangat menyimpang bukan? Mana ada hubungan jurnalis ama reaktor, mana ada hubungan antara neraca massa dengan penulis. Dreams are like love, sulit dimengerti dan dipahami. Kenapa ga dari dulu masuk kuliah penyiaran aja? Kenapa ga dari  dulu masuk sastra aja? Hidup saya memang rumit, penuh pemikiran, dan kehati-hatian sekaligus penuh coba-coba. Siapa sangka tiba-tiba minat menulis saya menjadi bangkit kembali saat saya kuliah di teknik kimia? Siapa sangka imajinasi saya dalam menulis kembali muncul saat saya masuk Kinetika? Jujur saya ga punya harapan berlebih akan mimpi saya saat ini. Harus saya akui juga minat serta bakat menulis saya bisa tiba-tiba luntur oleh jutaan tugas kuliah, ribuan mata kuliah yang tak pernah saya mengerti, dan ratusan masalah selama kuliah. Namun ada satu hal yang ingin saya pahami dari mimpi itu...

Mimpi itu hal murah. Gratis. Maka saya suka bermimpi. Mimpi itu bukan khayalan. Kalau khayalan adalah hal-hal yang sangat tidak realistis yang mucul di otak (ex: manusia bertelur, pergi kuliah naek pesawat, pengin jadi orang kaya tapi ga kerja, dll). Tapi mimpi jelas berbeda dengan khayalan. Definisi mimpi menurut saya: sesuatu yang mendorong manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bersifat realistis. Mimpi mampu menjadi motivator terbaik buat saya. Mimpi adalah kunci untuk menaklukkan dunia (pinjem liriknya Nidji deh). Kalau kita punya mimpi berarti kita berpikir selangkah lebih maju. Mimpi itu tak akan lekang oleh waktu (jika dipupuk dan dijaga). Meski suatu saat nanti mungkin saya akan menjadi PNS (kebetulan ini lagi jadi trending topic di rumah saya) ato ibu rumah tangga, saya rasa mimpi menjadi seorang penulis dan jurnalis akan tetap ada. Saya pasti akan tetap menulis meski menjadi PNS. Saya akan tetep menulis walau harus tetep ngemong anak. Itulah yang saya namakan dengan The Power of Dreams. Kekuatan yang mampu mengalahkan kepesimisan kita akan dunia ini. Bermimpilah, karena bermimpi itu GRATIS dan HALAL. Bagi saya, orang yang punya mimpi adalah orang yang punya tujuan di masa depan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar