Jumat, 21 Januari 2011

Bread, Love, and Dreams: I think it's all about Forgive and Forgotten

Saya bukanlah penggemar drama Korea yang mengharu biru atau pun penggemar boyband (sekumpulan mas-mas yang energik nari-nari sambil nyanyi) korea yang sedang digandrungi ABG zaman sekarang. Saya masih bertahan di jalur saya sebagai penikmat musik dan film barat serta beberapa karya anak bangsa yang masih "nggenah" dan tidak absurd (beberapa grup band baru yang muncul dan film-film geje yang rilis belakangan ini adalah karya anak bangsa yang amat sangat absurd). Kalau pun akhir-akhir ini saya mngikuti sebuah drama korea yang ditayangkan di televisi, bukan berarti saya sekarang maniak korea. Ini hanya bagian dari perjalanan hidup di mana manusia pun sering masuk ke lubang kesalahan. Meski telah jatuh ke sebuah kesalahan besar, ada hal yang bisa saya petik dari sana. Saya bisa mengambil kesimpulan bahwa memang mata orang-orang Korea memang sipit seperti saya. Saya juga bisa mengerti mengapa banyak ABG suka orang Korea. Usut punya usut memang mereka memiliki wajah yang cute. Imut. Menggemaskan. Sayangnya saya tidak suka tipe-tipe macam Korea begitu. Kurang "cowok" menurut saya. Ah, tapi bukan ini sebenarnya yang ingin saya bicarakan! Bisa-bisanya jadi ngalor ngidul gini. Baiklah.. Ini hal yang ingin saya share kan...


Bread, Love, and Dreams. Inilah judul drama korea yang sedang saya ikuti. Awalnya saya hanya mendengar desas-desus cerita ini dari 2 kawan saya yang begitu menggemari drama korea - Risa dan Noor. Desas-desus kisah ini berlanjut hingga di kost ketika kawan saya menunda membeli beras dan telur (sebagai solusi pengiritan dalam hal makan) di sore hari hanya gara-gara tak mau melewatkan episode drama korea ini. Awalnya saya agak sebal juga, bagaimana bisa drama korea mengalahkan kepentingan kami dalam hal memepertahankan hidup di kost (baca: beli beras dan telur). Karena saat itu semua anak kost berkerubung di depan televisi, mau tak mau saya juga ikutan nimbrung. Sebenarnya sehari sebelumnya saya telah melihat drama itu di kost temen saya, tapi cuma sekilas. Belum mengerti ceritanya juga. Hari itulah kemudian saya mulai bisa mengerti jalan ceritanya sedikit demi sedikit setalah tanya-tanya teman kost. Dan sejak hari itulah saya jadi mengikuti terus kelanjutan kisahnya tanpa pernah melewatkannya sekali pun....


Di sini saya tidak akan membahas tentang alur kisah atau konflik-konflik yang ada. Saya akan menjabarkan tentang satu makna penting dari drama ini yang saya dapatkan dari sifat sang tokoh utama: Kim Tak Goo. Secara fisik, saya akui Kim Tak Goo memang imut. Wajahnya selalu penuh semyuman dan kebahagiaan. Tapi di sisi lain saya melihat dia kadang sebagai laki-laki cengeng yang gampang menangis. Namun satu hal yang membuat saya begitu kagum padanya adalah sifatnya yang begitu baik: memaafkan dan tak menyimpan dendam. Ada satu tokoh lagi bernama Ma Jun yang teramat menyebalkan di mata saya. Segala tingkah lakunya membuat saya gemas dan ingin memukul wajahnya. Perbuatan jahatnya terkadang amat sangat licik dan amat sangat "ala sinetron Indonesia banget". Ma Jun sangat membenci Kim Tak Goo. Segala hal ia lakukan untuk mengalahkan Tak Goo. Namun Tak Goo -entah mengapa di  begitu memiliki hati yang baik- tak pernah sedikit pun ingin membalas kebencian Ma Jun pada dirinya. Ada sebuah scene yang membuat saya begitu terharu. Saat itu Ma Jun begitu jahatnya pada Tak Goo: dia mengambil perempuan yang paling dicintai Tak Goo (entah siapa namanya, saya lupa) dan dia  juga telah membuat Tak Goo kehilangan indra perasa dan penciumannya. Kalau saya jadi Tak Goo, mungkin saya akan membunuh Ma Jun atau kalau perlu meminta kembali walkman yang diberikan untuk Ma Jun (waktu itu Tak Goo pernah mengganti walkman Ma Jun yang rusak dengan walkman yang baru dengan uang gajinya). Namun sayangnya Tak Goo bukanlah saya. Pernah suatu saat dia dengan polos bilang pada Ma Jun: aku tak akan pernah membencimu! What? Sudah gila kah dia? Disakiti berulang-ulang namun tak pernah sedikit pun membenci Ma Jun? Masih normalkah Tak Goo sebagai manusia? Di sinilah pelajaran yang bisa saya ambil.


Pengampunan adalah hal yang mungkin paling sulit dilakukan manusia. Manusia hidup dengan ego masing-masing. Manusia kerap  akan mudah marah kala idealismenya, idenya, pemikirannya, kebebasannya, atau keinginannya dirusak oleh orang lain. Manusia mudah terluka hatinya dan luka tadi tak kunjung kering meski sudah bertahun-tahun. Manusia cenderung menyimpan luka hati selama hidupnya dan mengingat-ingat kesalahan-kesalahan orang lain padanya. Namun dari Tak Goo saya belajar tentang "Forgive and Forgotten": mengampuni dan melupakan. Dendam biasanya muncul karena kebencian yang sudah lama terpendam dan tak terungkapkan. Dendam yang telah tumbuh lama tak akan membuat kita tenang karena kita masih selalu mengingat perbuatan orang lain yang menyakiti kita. Mengampuni adalah solusi terbaik karena melalui pengampunan hati kita tenang, pikiran kita senantiasa positif, tak ada lagi hal-hal yang mengganjal di hati. Pengampunan adalah memberikan sedikit ruang bagi kebencian di dalam hati kita. Jadi penuhilah hati kita dengan cinta dan kasih, maka kebencian yang ada hanya akan mendapat ruangan yang sangat sempit. Sulit memang menghapus ruangan bagi kebencian karena itu sifat manusiawi kita. Oleh sebab itu berikanlah sedikit.. sedikit saja ruangan dalam hatimu bagi  kebencianmu. Ketika kebencian itu sudah tak betah lantaran ruangan yang kamu berikan terlampau sempit, maka dia akan pergi dengan sendirinya. Selain memberi pengampunan, hal lain yang harus kita lakukan adalah melupakan. Lupakanlah segala tindakan kawan atau musuh kita, lupakanlah sakit yang kita rasa, biarkanlah luka di hati kering dengan sendirinya seiring dengan senyuman di tiap langkah kita. So, do you wanna follow Kim Tak Goo? Cause I want to follow him.. Hahahahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 21 Januari 2011

Bread, Love, and Dreams: I think it's all about Forgive and Forgotten

Saya bukanlah penggemar drama Korea yang mengharu biru atau pun penggemar boyband (sekumpulan mas-mas yang energik nari-nari sambil nyanyi) korea yang sedang digandrungi ABG zaman sekarang. Saya masih bertahan di jalur saya sebagai penikmat musik dan film barat serta beberapa karya anak bangsa yang masih "nggenah" dan tidak absurd (beberapa grup band baru yang muncul dan film-film geje yang rilis belakangan ini adalah karya anak bangsa yang amat sangat absurd). Kalau pun akhir-akhir ini saya mngikuti sebuah drama korea yang ditayangkan di televisi, bukan berarti saya sekarang maniak korea. Ini hanya bagian dari perjalanan hidup di mana manusia pun sering masuk ke lubang kesalahan. Meski telah jatuh ke sebuah kesalahan besar, ada hal yang bisa saya petik dari sana. Saya bisa mengambil kesimpulan bahwa memang mata orang-orang Korea memang sipit seperti saya. Saya juga bisa mengerti mengapa banyak ABG suka orang Korea. Usut punya usut memang mereka memiliki wajah yang cute. Imut. Menggemaskan. Sayangnya saya tidak suka tipe-tipe macam Korea begitu. Kurang "cowok" menurut saya. Ah, tapi bukan ini sebenarnya yang ingin saya bicarakan! Bisa-bisanya jadi ngalor ngidul gini. Baiklah.. Ini hal yang ingin saya share kan...


Bread, Love, and Dreams. Inilah judul drama korea yang sedang saya ikuti. Awalnya saya hanya mendengar desas-desus cerita ini dari 2 kawan saya yang begitu menggemari drama korea - Risa dan Noor. Desas-desus kisah ini berlanjut hingga di kost ketika kawan saya menunda membeli beras dan telur (sebagai solusi pengiritan dalam hal makan) di sore hari hanya gara-gara tak mau melewatkan episode drama korea ini. Awalnya saya agak sebal juga, bagaimana bisa drama korea mengalahkan kepentingan kami dalam hal memepertahankan hidup di kost (baca: beli beras dan telur). Karena saat itu semua anak kost berkerubung di depan televisi, mau tak mau saya juga ikutan nimbrung. Sebenarnya sehari sebelumnya saya telah melihat drama itu di kost temen saya, tapi cuma sekilas. Belum mengerti ceritanya juga. Hari itulah kemudian saya mulai bisa mengerti jalan ceritanya sedikit demi sedikit setalah tanya-tanya teman kost. Dan sejak hari itulah saya jadi mengikuti terus kelanjutan kisahnya tanpa pernah melewatkannya sekali pun....


Di sini saya tidak akan membahas tentang alur kisah atau konflik-konflik yang ada. Saya akan menjabarkan tentang satu makna penting dari drama ini yang saya dapatkan dari sifat sang tokoh utama: Kim Tak Goo. Secara fisik, saya akui Kim Tak Goo memang imut. Wajahnya selalu penuh semyuman dan kebahagiaan. Tapi di sisi lain saya melihat dia kadang sebagai laki-laki cengeng yang gampang menangis. Namun satu hal yang membuat saya begitu kagum padanya adalah sifatnya yang begitu baik: memaafkan dan tak menyimpan dendam. Ada satu tokoh lagi bernama Ma Jun yang teramat menyebalkan di mata saya. Segala tingkah lakunya membuat saya gemas dan ingin memukul wajahnya. Perbuatan jahatnya terkadang amat sangat licik dan amat sangat "ala sinetron Indonesia banget". Ma Jun sangat membenci Kim Tak Goo. Segala hal ia lakukan untuk mengalahkan Tak Goo. Namun Tak Goo -entah mengapa di  begitu memiliki hati yang baik- tak pernah sedikit pun ingin membalas kebencian Ma Jun pada dirinya. Ada sebuah scene yang membuat saya begitu terharu. Saat itu Ma Jun begitu jahatnya pada Tak Goo: dia mengambil perempuan yang paling dicintai Tak Goo (entah siapa namanya, saya lupa) dan dia  juga telah membuat Tak Goo kehilangan indra perasa dan penciumannya. Kalau saya jadi Tak Goo, mungkin saya akan membunuh Ma Jun atau kalau perlu meminta kembali walkman yang diberikan untuk Ma Jun (waktu itu Tak Goo pernah mengganti walkman Ma Jun yang rusak dengan walkman yang baru dengan uang gajinya). Namun sayangnya Tak Goo bukanlah saya. Pernah suatu saat dia dengan polos bilang pada Ma Jun: aku tak akan pernah membencimu! What? Sudah gila kah dia? Disakiti berulang-ulang namun tak pernah sedikit pun membenci Ma Jun? Masih normalkah Tak Goo sebagai manusia? Di sinilah pelajaran yang bisa saya ambil.


Pengampunan adalah hal yang mungkin paling sulit dilakukan manusia. Manusia hidup dengan ego masing-masing. Manusia kerap  akan mudah marah kala idealismenya, idenya, pemikirannya, kebebasannya, atau keinginannya dirusak oleh orang lain. Manusia mudah terluka hatinya dan luka tadi tak kunjung kering meski sudah bertahun-tahun. Manusia cenderung menyimpan luka hati selama hidupnya dan mengingat-ingat kesalahan-kesalahan orang lain padanya. Namun dari Tak Goo saya belajar tentang "Forgive and Forgotten": mengampuni dan melupakan. Dendam biasanya muncul karena kebencian yang sudah lama terpendam dan tak terungkapkan. Dendam yang telah tumbuh lama tak akan membuat kita tenang karena kita masih selalu mengingat perbuatan orang lain yang menyakiti kita. Mengampuni adalah solusi terbaik karena melalui pengampunan hati kita tenang, pikiran kita senantiasa positif, tak ada lagi hal-hal yang mengganjal di hati. Pengampunan adalah memberikan sedikit ruang bagi kebencian di dalam hati kita. Jadi penuhilah hati kita dengan cinta dan kasih, maka kebencian yang ada hanya akan mendapat ruangan yang sangat sempit. Sulit memang menghapus ruangan bagi kebencian karena itu sifat manusiawi kita. Oleh sebab itu berikanlah sedikit.. sedikit saja ruangan dalam hatimu bagi  kebencianmu. Ketika kebencian itu sudah tak betah lantaran ruangan yang kamu berikan terlampau sempit, maka dia akan pergi dengan sendirinya. Selain memberi pengampunan, hal lain yang harus kita lakukan adalah melupakan. Lupakanlah segala tindakan kawan atau musuh kita, lupakanlah sakit yang kita rasa, biarkanlah luka di hati kering dengan sendirinya seiring dengan senyuman di tiap langkah kita. So, do you wanna follow Kim Tak Goo? Cause I want to follow him.. Hahahahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar