Kamis, 21 Juli 2011

Insiden Ganjel Pintu #sweetmemoriesontekim

Semester 6 ini hampir semua anak angkatan 2008 mengambil mata kuliah EKOTEK. Dilihat dari namanya saja sepertinya sudah nampak kalau di dalamnya ga jauh-jauh dari ekonomi. Mata kuliah ini memang perpaduan atau hasil sebuah fusion antara ekonomi dan teknik. Dua sisi yang jelas sangat bertolak belakang. Anak teknik kebanyakan lemah di ekonomi atau akuntansi, namun dengan amat sangat terpaksa harus mempelajari mata kuliah ini karena emang dibutuhin banget saat tugas PPK kelak. Sebenarnya ga cuma buat tugas PPK sih, besok-besok kalo udah kerja juga pasti butuh banget kalau misal mo ngrancang pabrik. Jadi biar ga salah pilih alat yang ekonomis, biar ga salah itung-itungan pas ngrancang biaya, dll. Namun kenyataannya, minat mahasiswa akan mata kuliah EKOTEK begitu rendah. Saking rendahnya bisa dihitung dengan jari berapa kali mahasiswa masuk mengikuti kelas ini. Kalau pun daftar hadir bisa penuh berarti telah terjadi persengkokolan busuk yang sudah menjadi hal biasa di kalangan mahasiswa. Yah, sudahlah saya ga mau bicara soal titip absen. Saya mau mengenang satu kisah yang lumayan lucu untuk dikenang…

Pak Darmadji, dosen EKOTEK yang satu ini memiliki tingkat kedisplinan yang tinggi. Bagi beliau kalau mau sukses ya disiplin. Kalau mau ikut kuliah EKOTEK ya jangan terlambat. Kalau terlambat ya ga usah masuk. Tegas. Beliau tidak suka kalau saat kuliah bangku-bangku depan masih kosong sementara bangku-bangku belakang berasa penuh sesak. Dengan tegas beliau pasti berkata, “Pindah depan mas/mbak. Depan masih banyak yang kosong. Jangan pernah mau hidup cuma jadi follower!”. Mahasiswa yang udah kena sentak begitu biasanya langsung nurut pindah duduk depan dengan muka sedikit manyun. Maka setelah bangku depan sudah terisi kuliah pun dimulai. Buka-buka diktat, buka-buka tabel, tapi biasanya ga ada satu pun yang nyantel di otak. Menit demi menit berlalu. Semakin lama waktu kuliah maka semakin lebar mulut mahasiswa menguap….

Jangan sekali-sekali terlalu pede untuk masuk kuliah kalau udah telat banget. Pintu di ruang A22 pasti sudah diganjel dengan kursi dengan tujuan agar mahasiswa telat ga bisa masuk. Kalau kamu masih punya nyali buat nerobos pintu yang diganjel itu maka kamu harus punya nyali juga buat dibentak: “KELUAR MAS/MBAK!!!”. Sejenak pasti kelas hening sambil pada ngelirik siapa yang telat tadi. Setalah mahasiswa yang telat sadar juga ga boleh masuk, pak Darmadji segera melanjutkan kuliah.
Namun ternyata pengganjal pintu itu pernah diterobos oleh beberapa mahasiswa telat. Siapa sangka niat para mahasiswa telat tadi yang begitu tulus untuk kuliah mampu mendobrak kuatnya kursi pengganjal pintu!

Alkisah, saat itu mahasiswa yang kuliah bisa dibilang sangat sedikit daripada biasanya. Pak Darmadji merasa waktu untuk mengganjal pintu telah tiba. Maka mahasiswa yang paling dekat dengan pintu saat itu disuruh untuk meletakkan kursi sebagai pengganjal pintu. Pada sutu saat, pak Darmadji sedang menerangkan sesuatu (yang entah apa itu) dan kebetulan butuh untuk menuliskannya di papan tulis. Entahlah ini yang disebut jodoh atau bukan: saat beliau menghadap papan tulis untuk menulis, serombongan mahasiswa telat datang. Dengan begitu pedenya mereka menerobos masuk, dengan suara-suara kaki mereka yang amat berisik plus suara cekakak-cekikik mahasiswa lain yang mengiringi langkah mereka. Saya sempat deg-deg an kalau-kalau pak Darmadji melihat kejadian ini, jangan-jangan luapan amarah besar akan beliau keluarkan. Parahnya, mahasiswa yang paling terakhir masuk tak sempurna menutup pntu sehingga kursi pengganjal nampak tak melakukan fungsinya dengan baik sebagai pengganjal. Belum sempat pintu ditutup rapat lagi, Pak Darmadji sudah selesai berurusan dengan papan tulis dan berbalik menghadap para mahasiswa lagi. Saya menahan napas siap-siap menerima bentakan beliau untuk kami. Namun hanya satu kalimat muncul dari mulut beliau: “Kok jumlahnya kayaknya nambah ya…”. Kalimat itu diucapkan dengan nada datar tanpa ekspresi marah atau kecewa. Setelah itu kuliah dilanjutkan kembali……..

Well. pak Darmadji mengajarkan saya tentang kedisplinan. Bagaimana cara kita menghargai waktu. Dan kawan-kawan saya yang telat tadi mengajarkan saya jangan pernah menyerah berjalan menghadapi penghalang sebesar apa pun. Berapa pun risikonya, harus diterjang. Hahahahahahahahahahahaha



*taken from another my blog: http://jessica066eksis08.tumblr.com/post/7107948652/insiden-ganjel-pintu-sweetmemoriesontekim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 21 Juli 2011

Insiden Ganjel Pintu #sweetmemoriesontekim

Semester 6 ini hampir semua anak angkatan 2008 mengambil mata kuliah EKOTEK. Dilihat dari namanya saja sepertinya sudah nampak kalau di dalamnya ga jauh-jauh dari ekonomi. Mata kuliah ini memang perpaduan atau hasil sebuah fusion antara ekonomi dan teknik. Dua sisi yang jelas sangat bertolak belakang. Anak teknik kebanyakan lemah di ekonomi atau akuntansi, namun dengan amat sangat terpaksa harus mempelajari mata kuliah ini karena emang dibutuhin banget saat tugas PPK kelak. Sebenarnya ga cuma buat tugas PPK sih, besok-besok kalo udah kerja juga pasti butuh banget kalau misal mo ngrancang pabrik. Jadi biar ga salah pilih alat yang ekonomis, biar ga salah itung-itungan pas ngrancang biaya, dll. Namun kenyataannya, minat mahasiswa akan mata kuliah EKOTEK begitu rendah. Saking rendahnya bisa dihitung dengan jari berapa kali mahasiswa masuk mengikuti kelas ini. Kalau pun daftar hadir bisa penuh berarti telah terjadi persengkokolan busuk yang sudah menjadi hal biasa di kalangan mahasiswa. Yah, sudahlah saya ga mau bicara soal titip absen. Saya mau mengenang satu kisah yang lumayan lucu untuk dikenang…

Pak Darmadji, dosen EKOTEK yang satu ini memiliki tingkat kedisplinan yang tinggi. Bagi beliau kalau mau sukses ya disiplin. Kalau mau ikut kuliah EKOTEK ya jangan terlambat. Kalau terlambat ya ga usah masuk. Tegas. Beliau tidak suka kalau saat kuliah bangku-bangku depan masih kosong sementara bangku-bangku belakang berasa penuh sesak. Dengan tegas beliau pasti berkata, “Pindah depan mas/mbak. Depan masih banyak yang kosong. Jangan pernah mau hidup cuma jadi follower!”. Mahasiswa yang udah kena sentak begitu biasanya langsung nurut pindah duduk depan dengan muka sedikit manyun. Maka setelah bangku depan sudah terisi kuliah pun dimulai. Buka-buka diktat, buka-buka tabel, tapi biasanya ga ada satu pun yang nyantel di otak. Menit demi menit berlalu. Semakin lama waktu kuliah maka semakin lebar mulut mahasiswa menguap….

Jangan sekali-sekali terlalu pede untuk masuk kuliah kalau udah telat banget. Pintu di ruang A22 pasti sudah diganjel dengan kursi dengan tujuan agar mahasiswa telat ga bisa masuk. Kalau kamu masih punya nyali buat nerobos pintu yang diganjel itu maka kamu harus punya nyali juga buat dibentak: “KELUAR MAS/MBAK!!!”. Sejenak pasti kelas hening sambil pada ngelirik siapa yang telat tadi. Setalah mahasiswa yang telat sadar juga ga boleh masuk, pak Darmadji segera melanjutkan kuliah.
Namun ternyata pengganjal pintu itu pernah diterobos oleh beberapa mahasiswa telat. Siapa sangka niat para mahasiswa telat tadi yang begitu tulus untuk kuliah mampu mendobrak kuatnya kursi pengganjal pintu!

Alkisah, saat itu mahasiswa yang kuliah bisa dibilang sangat sedikit daripada biasanya. Pak Darmadji merasa waktu untuk mengganjal pintu telah tiba. Maka mahasiswa yang paling dekat dengan pintu saat itu disuruh untuk meletakkan kursi sebagai pengganjal pintu. Pada sutu saat, pak Darmadji sedang menerangkan sesuatu (yang entah apa itu) dan kebetulan butuh untuk menuliskannya di papan tulis. Entahlah ini yang disebut jodoh atau bukan: saat beliau menghadap papan tulis untuk menulis, serombongan mahasiswa telat datang. Dengan begitu pedenya mereka menerobos masuk, dengan suara-suara kaki mereka yang amat berisik plus suara cekakak-cekikik mahasiswa lain yang mengiringi langkah mereka. Saya sempat deg-deg an kalau-kalau pak Darmadji melihat kejadian ini, jangan-jangan luapan amarah besar akan beliau keluarkan. Parahnya, mahasiswa yang paling terakhir masuk tak sempurna menutup pntu sehingga kursi pengganjal nampak tak melakukan fungsinya dengan baik sebagai pengganjal. Belum sempat pintu ditutup rapat lagi, Pak Darmadji sudah selesai berurusan dengan papan tulis dan berbalik menghadap para mahasiswa lagi. Saya menahan napas siap-siap menerima bentakan beliau untuk kami. Namun hanya satu kalimat muncul dari mulut beliau: “Kok jumlahnya kayaknya nambah ya…”. Kalimat itu diucapkan dengan nada datar tanpa ekspresi marah atau kecewa. Setelah itu kuliah dilanjutkan kembali……..

Well. pak Darmadji mengajarkan saya tentang kedisplinan. Bagaimana cara kita menghargai waktu. Dan kawan-kawan saya yang telat tadi mengajarkan saya jangan pernah menyerah berjalan menghadapi penghalang sebesar apa pun. Berapa pun risikonya, harus diterjang. Hahahahahahahahahahahaha



*taken from another my blog: http://jessica066eksis08.tumblr.com/post/7107948652/insiden-ganjel-pintu-sweetmemoriesontekim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar